Oleh Ust. H. Rafiq Jauhary
Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah Bertaqwa
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melakukan perjalanan, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu (QS at-Taubah 112)
Ayat tersebut menjelaskan beberapa kategori orang beriman. Yang menarik, ternyata salah satu di antaranya ada as-Saihun. Mari kita pelajari bersama.
Secara bahasa As-Saihun adalah bentuk jamak dari as-Saih. Yaitu bentuk subjek dari kata Siyahah. Maka as-Saihun adalah orang-orang yang melakukan Siyahah. Sedangkan Siyahah menurut al-Qurthubi dapat diartikan dengan berjalan di muka bumi, sebagaimana mengalirnya air.
Syaikh ath-Thanthawi dalam al-Wasith menjelaskan bahwa para ulama terbagi dalam beberapa pendapat dalam memaknai kata as-Saihun.
1. As-Saihun adalah as-Shaimun.
Al-Alusi dalam tafsirnya menyitir sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Mardawaih dari Aisyah
سياحة هذه الأمة الصيام
"Siyahah bagi ummat ini adalah shiyam."
Al-Baghawi juga menyitir pendapat ini dari Sufyan bin Uyainah, dan menjelaskan bahwa orang yang shiyam dikatakan sebagai orang yang siyahah karena mereka mampu meninggalkan kenikmatan pernikahan, makan, dan minum. Akan tetapi beberapa ulama ahli hadits menjelaskan bahwa hadits ini lemah.
2. As-Saihun adalah al-Muhajirun
Dalam hal ini at-Thanthawi menyitir pendapat Abu Hatim dari Ibnu Zaid,
وليس في أمة محمد صلى الله عليه وسلم سياحة إلا الهجرة
Tidak ada siyahah bagi ummatnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam kecuali hijrah.
3. As-Saihun adalah Thalabatul Ilmi
Pendapat ini disampaikan oleh Ikrimah, alasannya karena para penuntut ilmu berkelana di muka bumi untuk menuntutnya.
4. As-Saihun adalah al-Mujahidun
Pendapat ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dan dikuatkan oleh ath-Thabrani
أن رجلا استأذن رسول الله صلى الله عليه وسلم في السياحة فقال: إن سياحة أمتى الجهاد في سبيل الله
Bahwa seseorang meminta izin kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk melakukan siyahah. Maka beliau bersabda, "siyahahnya ummatku adalah berjihad di jalan Allah"
Terhadap beberapa pendapat tersebut ath-Thanthawi berpendapat bahwa as-Saihun menurut pendapat yang mendekati pada kebenaran adalah
'Segala perjalanan di muka bumi yang dilakukan seseorang dengan tujuan yang mulia'.
Begitupun as-Sa'di menjelaskan bahwa siyahah dapat dimaknai dengan perjalanan yang dapat mendekatkan diri seseorang pada Allah seperti haji, umrah, berjihad, menuntut ilmu, silaturahim, dan semisalnya.
Lebih luas dari itu ath-Thanthawi memasukkan kategori siyahah adalah petualangan untuk tadabbur/tafakkur atas ciptaan Allah sehingga dapat meningkatkan keimanannya.
Adapun tentang ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan untuk melakukan perjalanan/petualangan jumlahnya cukup banyak, di antaranya adalah
قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu". (QS al-An'am: 11)
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِها، أَوْ آذانٌ يَسْمَعُونَ بِها، فَإِنَّها لا تَعْمَى الْأَبْصارُ وَلكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ .
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada (QS al-hajj: 46)
Jadi, sahabat bertaqwa. Siapkah Anda menjadi seorang mukmin melalui jalur petualangan?