Haji dan Umrah adalah suatu jenis ibadah yang sangat bergantung pada kekuatan fisik. Untuk mengerjakannya seseorang akan memerlukan tenaga yang cukup.
Karenanya tidak heran jika ada seorang jamaah haji atau umrah yang harus beristirahat memberi jeda sesaat di antara ritual ibadahnya agar kondisi tubuhnya dapat lekas pulih.
Namun bagaimana jika seseorang harus beristirahat beberapa saat hingga berjam-jam usai menjalankan Thawaf sebelum melakukan Sa'i?
Dalam hal ini para ulama telah berfatwa bahwa jeda istirahat antara thawaf dan sa'i bukanlah suatu hal yang melanggar ketentuan ibadah.
Ibnu Qudamah (pemuka madzhab Hanbali) dalam kitab al-Mughni menerangkan bahwa antara thawaf dan Sa'i tidak harus dikerjakan secara langsung. Beliau juga menyitir penjelasan dari Imam Ahmad bin Hanbal
لا بأس أن يؤخر السعي حتى يستريح أو إلى العشي .
"Tidak mengapa mengakhirkan sa'i sampai seseorang dapat beristirahat bahkan hingga malam hari."
'Atha dan al-Hasan pun menerangkan bahwa tidak menjadi masalah jika seorang melakukan thawaf di pagi hari kemudian mengakhirkan sa'i hingga malam hari. Hal ini pernah dilakukan oleh al-Qasim dan Sa'id bin Jubair.
Al-Lajnah ad-Daimah sebagai lembaga fatwa terkemuka di Arab Saudi pun telah mengeluarkan fatwa,
السنة أن يكون السعي متصلاً بالطواف بقدر الاستطاعة، فإن أخر السعي كثيراً ثم سعى أجزأه
"Disunnahkan pelaksanaan sa'i langsung (tanpa jeda) dengan thawaf sesuai kemampuan setiap orang. Namun jika ia mengakhirkan dengan jeda cukup lama kemudian selanjutnya mengerjakan sa'i, hal ini pun diperbolehkan."
Syaikh Utsaimin juga mengeluarkan fatwa bahwa tidak disyaratkan thawaf dan sa'i dikerjakan secara langsung sekalipun dilakukan tanpa keadaan darurat. Andaikan seseorang melakukan thawaf di pagi hari kemudian sa'i di sore hari, hal ini diperbolehkan. Begitupun jika ia melakukan di awal malam kemudian sa'i di siang hari, ini pun diperbolehkan. Hal ini karena pelaksanaan thawaf dan sa'i secara langsung adalah sunnah, bukanlah wajib.
Wallahu a'lam bish shawab.
Group Keluarga Bertaqwa
